Masuk Penjara, Jual Rumah, dan Tidur di Garasi
30/12/14, 11:05 WIB
Jean-Marc
Bosman akan selalu dikenang dalam sejarah sepak bola. Karena
perjuangannya, aturan transfer pemain mengalami revolusi besar-besaran.
Ironisnya, dia tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya.
SELAMA dua tahun
(1993–1995), Jean-Marc Bosman berjuang keras di pengadilan. Dia merasa
bahwa keadilan tidak berjalan dengan semestinya. Bosman yang kontraknya
habis bersama RFC Liege pada Juni 1990 ingin hengkang ke tim Prancis
Dunkerque.
Namun, Dunkerque enggan bertemu dengan Liege karena klub asal Belgia
tersebut menginginkan uang transfer Bosman. Harganya waktu itu 500 ribu
pounds atau sekitar Rp 9,6 miliar. Karena Dunkerque tidak mau membayar,
Liege membekukan status Bosman.
Dalam proses tersebut, gaji Bosman dipotong sampai 75 persen menjadi
hanya 500 pounds (Rp 9,6 juta) per pekan. Dia juga tidak menjadi pemain
skuad utama. Karena merasa dikerjai, Bosman membawa kasus tersebut ke
Pengadilan Uni Eropa di Luksemburg.
Dalam tempo dua tahun, jerih payah Bosman sukses besar. Pengadilan
Uni Eropa membuat keputusan besar: jika kontrak pemain yang berlaga di
klub Uni Eropa sudah habis, dia bebas pindah dengan status bebas
transfer.
Aturan Bosman itu juga yang mendorong kemunculan aturan bursa
transfer musim dingin. Klub-klub yang tidak ingin kehilangan pemainnya
dengan gratis pada akhir musim bisa menjualnya pada Januari.
Ironisnya, Bosman sendiri tidak menikmati hasil perjuangannya tersebut. Hidup pemain asal Belgia itu malah terlunta-lunta.
Tahun ini Bosman baru saja keluar dari penjara karena tersandung
kasus melakukan kekerasan rumah tangga kepada pacar dan anak
perempuannya. Alasannya sangat konyol. Bosman naik pitam karena istri
dan anaknya itu menolak memberinya alkohol.
’’Ini adalah kehidupan yang sangat-sangat berat. Saya menang berada
di pengadilan. Namun, rasanya saya harus membayar, membayar, dan
membayar,’’ ucap Bosman sebagaimana dilansir The Sun.
Sejak memenangkan kasusnya, Bosman justru kehilangan banyak uang. Dia
jatuh pada depresi berkepanjangan dan kecanduan alkohol. Sejumlah
uangnya juga menguap karena investasi yang buruk dalam bisnis T-shirt.
Bosman berharap pemain-pemain yang mendapatkan keuntungan dari ’’Aturan Bosman’’ akan memberikan dukungan dengan membeli T-shirt produknya.
Namun, dia hanya berhasil menjual satu potong. Yakni, anak dari
pengacaranya. Karena harus membayar pajak, Bosman dipaksa menjual dua
rumah dan sebuah mobil Porsche Carrera.
Waktu itu, Bosman yang berusia 28 tahun memang sudah tidak bisa
bermain sepak bola. Sebab, tim-tim di Eropa tidak mau mengambil risiko
untuk mengontraknya. Mereka tidak mau jatuh seperti R.F.C. de Liege yang
harus lama bertarung di pengadilan karena berurusan dengan Bosman.
Kehidupan Bosman makin suram karena dia tidak memiliki tempat tinggal
yang layak. Pria yang kini berusia 50 tahun tersebut terpaksa tidur di
garasi. Anak perempuan dan pacar Bosman pergi meninggalkannya. Mereka
tidak tahan dengan perilaku Bosman yang sangat temperamental karena
ketergantungan terhadap minuman keras.
’’Orang-orang itu sama sekali tidak memiliki hati. Mereka tidak
kompeten dalam olahraga ini,’’ kritik Bosman kepada klubnya dan otoritas
sepak bola Eropa.
Menurut The Sun, Bosman sekarang tetap terpuruk pascakeluar
dari penjara. Dia kesepian dan tidak mendapatkan apa pun dari apa yang
dia perjuangan. (nur/c17/ca)
0 komentar:
Posting Komentar