Kamis, 01 Januari 2015

Jean-Marc Bosman, Revolusi Sepak Bola yang Terlupakan

Masuk Penjara, Jual Rumah, dan Tidur di Garasi
30/12/14, 11:05 WIB
DULU DAN SEKARANG: Jean-Marc Bosman hidup merana setelah tidak lagi menjadi pemain sepak bola. Foto kanan, aksi Bosman saat membela klub Belgia RFC Liege. (The Sun)
Jean-Marc Bosman akan selalu dikenang dalam sejarah sepak bola. Karena perjuangannya, aturan transfer pemain mengalami revolusi besar-besaran. Ironisnya, dia tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya.
SELAMA dua tahun (1993–1995), Jean-Marc Bosman berjuang keras di pengadilan. Dia merasa bahwa keadilan tidak berjalan dengan semestinya. Bosman yang kontraknya habis bersama RFC Liege pada Juni 1990 ingin hengkang ke tim Prancis Dunkerque.
Namun, Dunkerque enggan bertemu dengan Liege karena klub asal Belgia tersebut menginginkan uang transfer Bosman. Harganya waktu itu 500 ribu pounds atau sekitar Rp 9,6 miliar. Karena Dunkerque tidak mau membayar, Liege membekukan status Bosman.
Dalam proses tersebut, gaji Bosman dipotong sampai 75 persen menjadi hanya 500 pounds (Rp 9,6 juta) per pekan. Dia juga tidak menjadi pemain skuad utama. Karena merasa dikerjai, Bosman membawa kasus tersebut ke Pengadilan Uni Eropa di Luksemburg.
Dalam tempo dua tahun, jerih payah Bosman sukses besar. Pengadilan Uni Eropa membuat keputusan besar: jika kontrak pemain yang berlaga di klub Uni Eropa sudah habis, dia bebas pindah dengan status bebas transfer.
Aturan Bosman itu juga yang mendorong kemunculan aturan bursa transfer musim dingin. Klub-klub yang tidak ingin kehilangan pemainnya dengan gratis pada akhir musim bisa menjualnya pada Januari.
Ironisnya, Bosman sendiri tidak menikmati hasil perjuangannya tersebut. Hidup pemain asal Belgia itu malah terlunta-lunta.
Tahun ini Bosman baru saja keluar dari penjara karena tersandung kasus melakukan kekerasan rumah tangga kepada pacar dan anak perempuannya. Alasannya sangat konyol. Bosman naik pitam karena istri dan anaknya itu menolak memberinya alkohol.
’’Ini adalah kehidupan yang sangat-sangat berat. Saya menang berada di pengadilan. Namun, rasanya saya harus membayar, membayar, dan membayar,’’ ucap Bosman sebagaimana dilansir The Sun.
Sejak memenangkan kasusnya, Bosman justru kehilangan banyak uang. Dia jatuh pada depresi berkepanjangan dan kecanduan alkohol. Sejumlah uangnya juga menguap karena investasi yang buruk dalam bisnis T-shirt.
Bosman berharap pemain-pemain yang mendapatkan keuntungan dari ’’Aturan Bosman’’ akan memberikan dukungan dengan membeli T-shirt produknya. Namun, dia hanya berhasil menjual satu potong. Yakni, anak dari pengacaranya. Karena harus membayar pajak, Bosman dipaksa menjual dua rumah dan sebuah mobil Porsche Carrera.
Waktu itu, Bosman yang berusia 28 tahun memang sudah tidak bisa bermain sepak bola. Sebab, tim-tim di Eropa tidak mau mengambil risiko untuk mengontraknya. Mereka tidak mau jatuh seperti R.F.C. de Liege yang harus lama bertarung di pengadilan karena berurusan dengan Bosman.
Kehidupan Bosman makin suram karena dia tidak memiliki tempat tinggal yang layak. Pria yang kini berusia 50 tahun tersebut terpaksa tidur di garasi. Anak perempuan dan pacar Bosman pergi meninggalkannya. Mereka tidak tahan dengan perilaku Bosman yang sangat temperamental karena ketergantungan terhadap minuman keras.
’’Orang-orang itu sama sekali tidak memiliki hati. Mereka tidak kompeten dalam olahraga ini,’’ kritik Bosman kepada klubnya dan otoritas sepak bola Eropa.
Menurut The Sun, Bosman sekarang tetap terpuruk pascakeluar dari penjara. Dia kesepian dan tidak mendapatkan apa pun dari apa yang dia perjuangan. (nur/c17/ca)

0 komentar:

Posting Komentar