Minggu, 22 Maret 2015

Ibu Kartini, Tetaplah di Sini


By
on
Liputan6.com, Biak Numfor - Reki Reinold Mambobo tak kuasa lagi bertahan duduk ketika seluruh teman sekelas memintanya maju dan memimpin mereka menyanyi. Dengan senyum malu-malu dan langkah terseret, dia beranjak dari bangku, lalu berdiri agak miring. Berkali-kali dia ubah letak topi merah putihnya sampai pada posisi mendongak.
"Mau nyanyi lagu apa?" Tanya Nasruddin, salah satu peserta program SM-3T di Biak Numfor, Papua.

Reki meminta saran dari teman-temannya dengan berucap lirih," Apa?" Kelas pun ramai karena saling usul. Tak lama, mereka menyepakati sebuah lagu. "Disaksikan" oleh Presiden dan Wakil presiden yang mengapit Garuda Pancasila di atas papan tulis, Reki menyanyi dan seisi kelas turut serta.

Senyum cerah dan tawa gembira galibnya anak-anak sekolah ada juga di kelas 6 SDN Inpres Sawawi, Distrik Warsa. Berada di tengah-tengah mereka, kesenjangan pendidikan atau apa pun serasa tiada. Tapi, tunggu dulu, kesukacitaan itu ternyata tidak selalu. Boleh dikatakan baru hadir bersama kedatangan para sarjana pendidikan yang turut dalam program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.
"Bapak dan Ibu guru yang baru, baik dan bagus, cara mengajarnya, tara biasa," kata Reki usai menyanyikan lagu "Di Sana Pulauku" itu.

Martin Inarkombu, murid kelas XI-A SMPN 1 Biak Timur, menyampaikan kesan yang sama." Enak, pelajaran olahraga sering di lapangan, tara catat-catat saja yang bikin bosan itu," ujar Martin.
Martinis Rumere, teman sebangku Martin mengangguk setuju." Iyo, betul itu!" tambahnya." Sekarang kami jadi tahu olahraga selain sepakbola," jelas Rumere.

Di distrik yang lain, Oridek, ada kesan dengan pernyataan lebih menghentak. "Pak Guru dan Bu Guru yang baru, kalau mengajar, tara pakai kekerasan. Karena mereka baik, saya mau bantu. Saya ambilkan air kalau Pak Guru atau Bu Guru mau mandi," tutur Andreas Usior, murid kelas XI-A SMPN 3.

Seperti mengamini, Kepala SMPN 3 Oridek Biak Numfor, Hendrik Irarya A.Md.Pd. menyatakan sekolah sangat terbantu oleh kehadiran SM3T.
"Kami hanya punya lima guru. Kami sangat membutuhkan guru Penjas, Bahasa Indonesia, dan Matematika. SM3T tidak sekadar mengisi kekosongan itu. Mereka bekerja dengan rajin. Kesukaan murid-murid tersalurkan, Praktik bermacam-macam olahraga, juga melukis, dan membaca puisi," ujar Hendrik Irarya.
*Nasrudin, peserta SM3T 2011 yang mengajar di SDN Inpres Sawawi, Distrik Warsa dan SMPN 1 Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Papua.

0 komentar:

Posting Komentar