Minggu, 22 Maret 2015

Murid SD di Banten Belajar di Kelas Bocor Bersekat Bambu


By
on
Liputan6.com, Pandeglang - Provinsi Banten yang letaknya tak jauh dari Ibukota seharusnya memiliki fasilitas pendidikan yang memadai. Namun, hal itu tak berlaku bagi siswa Sekolah Dasar (SD) 01 Mekar Sari, Kampung Gendir, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, yang beratap bocor dan bersekat bambu.

Murid di sekolah ini juga harus rela membagi ruangan dan bangkunya kepada murid lainnya. Sekolah ini sekarang hanya memiliki 3 ruangan kelas yang digunakan untuk siswa kelas I hingga VI.

"Bahkan kami harus rela membagi sekat ruang guru dengan siswa kelas IV, karena keterbatasan ruangan," kata Mustofa, Kepala Sekolah SDN Mekarsari 01 Mekar Sari, Selasa (9/9/2014).

Gedung sekolah yang dibangun tahun 1968 ini berdiri atas permintaan masyarakat agar anak-anaknya tak menempuh perjalanan sejauh 4 kilometer jika ingin mengenyam pendidikan. Selain jauh, jalanan pun sulit dilalui ketika hujan turun.

"Kalau musim hujan jalan masuk ke kampung ini tidak bisa dilalui kendaraan," lanjutnya.

Jika dilihat kondisi bangunannya, ruangan yang ada sulit untuk bisa disebut sebagai tempat belajar. Sekolah yang memiliki 120 murid ini dindingnya telah retak di mana-mana, bahkan sekat ruangannya pun terbuat dari bilik bambu.

Atap bangunan tak lagi utuh dan tiang penyangga dari kayu pun telah rapuh dimakan rayap. Sementara lantainya sudah tak berubin lagi. Kondisi seperti ini akan semakin parah saat musim hujan, karena banyak air yang masuk, baik dari atap maupun dari lantai, sehingga mengakibatkan ruangan menjadi becek dan licin.

Pihak sekolah memang terpaksa membuat sekat agar 1 ruangan bisa digunakan untuk 2 kelas saat belajar mengajar. Kondisi ini membuat para murid tak bisa belajar dengan tenang. Mereka harus berdesakan duduk di bangku karena tempat yang sempit. Jumlah bangku yang tak mencukupi memaksa para murid harus rela duduk bergantian.

Bahkan mereka mengeluh karena sulit berkonsentrasi untuk menerima pelajaran karena dalam 1 ruangan itu harus berbagi suara dengan kelas lainya yang hanya dipisahkan sekat bambu.

Sementara para guru juga tidak bisa berkonsentrasi memberikan pelajaran secara penuh. Tak jarang kalau musim hujan tiba, proses belajar mengajar pindah ke rumah warga.

Sedangkan menurut Asrofi, salah satu guru senior dan wali kelas IV menjelaskan, dulu sekolah ini memiliki 5 ruangan kelas, namun banyak yang hancur karena gempa bumi di Ujung Kulon tahun 1999.

"Sejak gempa itu sempat dapat bantuan pembangunan 3 ruang kelas, tapi sampai sekarang belum pernah ada lagi. Padahal kondisinya sudah tidak layak," kata Asrofi.

Pihak sekolah pun sudah berkali-kali mengajuka proposal bantuan perbaikan, tetapi hal tersebut hingga kini tak ada kabarnya.

"Setiap tahun kita diminta ajukan proposal bantuan sama foto kondisi bangunan ke dinas, tapi alhamdulliah cuma janji saja. Padahal Pak Camat sama orang Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) juga pernah ke sini beberapa kali," ujarnya.

Sebagai seorang guru, ia hanya berharap agar muridnya diberikan sarana dan prasarana yang memadai, bukan dengan ruangan kelas yang bocor dan rusak parah. "Pemerintah ingin mutu pendidikan di Banten naik, tapi gimana bisa baik kalau kondisi sekolah tempat kami belajar seperti ini," pungkas Asrofi. (Mut)

0 komentar:

Posting Komentar