Pada masa Kerajaan Majapahit, Rembang
sebagai kota ataupun wilayah yang sudah berpemerintahan sendiri ataupun
menjadi bagian dari suatu negara bagian Kerajaan Majapahit masih
belumbisa di buktikan dengan jelas dan tepat. Hal ini di sebabkan
sumber-sumber atau bukti-bukti tertulis yang menceritakan Rembang dalam
aktifitas kota maupun pemerintah daerah tidak banyak di sebutkan.
Berdasarkan sumber tertulis masa Majapahit, nama Rembang memang telah di
sebutkan di dalam Kitab Negara Kertagama pada Pupuh XXI sebagai
berikut: “…Menuruni surah melintasi sawah, lari menuju Jaladipa,
Talapika, Padali, Arnon dan Panggulan langsung ke payaman, Tepasana ke
arah kota Rembang sampai di kemirakan yang letaknya di pantai lautan”.
Meskipun demikian, kota-kota pantai di
Pantai Utara Jawa dari beberapa sumber baik di dalam maupun dari luar
telah di sebutkan eksistensinya. Antonia Pigafetta, seorang pelaut dari
Italia, yang pernah mengadakan perjalanan ke beberapa tempat di
Indonesia, Dalam cacatan perjalanannya pada tanggal 26 Januari sampai 11
Pebruari telah menyebutkan beberapa nama kota di wilayah itu. Olehnya
di dengar kabar, bahwa kota-kota penting yang terdapat dalam ilmu bumi,
yaitu Majapahit, Mentraman, Djapara, Sedayu, Gersik, Surabaya, dan
Bali.25
Nama Rembang bersama-sama dengan
kota-kota pantai lainnya di Jawa juga muncul dalamsumber tertulis yang
berasal dari Tome Pires. Disebutkan oleh Tome Pires, (1512-1515) antara
lain : Now comesjava and we mustspeak of the King within the hinterland.
The land of Cherimon (Cherobaan), the land Jayapura, the land of Losari
(Locari), the land of Tegal (Tegeguall), the land of Semarang
(Camaram), the land of Demak (Demma), Tidunan (Tudumar), the land of
Japara, the land of Rembang (Remee), the land of Tuban (Toban), the land
of Sidayu (Cedayo), the land of Gresee (Agacij), the land of Surabaya
(Curubaya), the land of Gamta, the land of Blambangan, the land of
Pajarakan (Pajarucam), the land of Camta, the land of Panaruakan
(Panarunca), the land of Chamdy, and when is ended we will speak of the
great island of Madura.
Sumber lain tentang Rembang di peroleh
dari sebuah manuskrip/tulisan tidak di terbitkan oleh Mbah Guru. 27 Di
sebutkan antara lain :”….kira-kira tahun Syaka 1336, ada orang Campa
Banjarmlati berjumlah delapan keluarga yang pandai membuat gula tebu
ketika ada di negaranya……”. Orang-orang tadi pindah untuk membuat gula
merah yang tidak dapat di patahkan itu, berangkatnya melalui lautan
menuju arah barat hingga mendarat di sekitar sungai yang pinggir dan
kanan kirinya tumbuh tak teratur pohon bakau. Kepindahannya itu di
pimpin oleh kakek Pow Ie Din ; setelah mendarat kemudian mengadakan doa
dan semedi, kemudian di mulai menebang pohon bakau tadi yang kemudian di
teruskan oleh orang-orang lainnya. Tanah lapang itu kemudian dibuat
tegalan dan pekarangan serta perumahan yang selanjutnya menjadi
perkampungan itu dinamakan kampung : KABONGAN, mengambil kata dari
sebutan pohon bakau, menjadi Ka-bonga-an (Kabongan). …Pada suatu hari
saat fajar menyising di bulan Waisaka, orang-orang akan memulai
ngrembang (mbabat, Ind : memangkas) tebu. Sebelum di mulai mbabat di
adakan upacara suci Sembahyang dan semedi di tempat tebu serumpun yang
akan di kepras/ di pangkas dua pohon, untuk tebu “Penganten”. Upacara
pengeprasan itu dinamakan “ngRembang sakawit”…begitu tadi asal mulainya
kata : “ngRembang”, sampai di jadikan nama Kota Rembang hingga saat
ini.., Menurut Mbah Guru , upacara ngRembang sakawit ini di laksanakan
pada hari Rabu Legi, saat dinyanyikan Kidung, Minggu Kasadha, Bulan
Waisaka, Tahun Saka 1337 dengan Candra Sengkala : Sabda Tiga Wedha
Isyara.2
0 komentar:
Posting Komentar